PENGERTIAN DAN JENIS JENIS
METODOLOGI PENELITIAN
NAMA : ALDY SYAFHIDATIA SUAR
NPM : 20413629
KELAS : 2IC08
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
2013
KATA PENGANTAR
Pertama
– tama penulis ingin memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas segala
rahmat dan petunjuk nya, dalam proses pembuatan makalah ini dari awal hingga
akhir pembuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam belajar para mahasiswa dan
sebagai pedoman dalam berdiskusi . Untuk memenuhi maksud tersebut pemakalah
mengumpulkan data dari beberapa sumber seperti buku pegangan mahasiswa , media
cetak dan juga media elektronik untuk dijadikan pembahasan pada materi makalah
ini dengan materi tugas berjudul pengertian dan jenis – jenis metodologi
penelitian.
Dalam
penyusunan makalah kami tak jarang mengalami beberapa kendala seperti
keterbatasan materi maupun proses pengembangan materi itu sendiri . oleh karena
itu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari bapak/ibu
dosen dan teman teman sangat kami harapkan.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bpk
Eko Suesetyo Yulianto (Dosen Metedologi Penelitian)
2.
Orang
tua serta teman – teman yang telah memberikan dorongan dan membantu saya
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan baik.
Akhirnya
pemakalah mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya khususnya
bagi rekan – rekan mahasiswa .
Jakarta, 04 Oktober 2015
1.
ALDY SYAFHIDATIA SUAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan berbagai persoalan atau
permasalahan, baik yang bersifat awam maupun masalah yang menuntut pemecahan
secara sistematik. Masalah-masalah tersebut pemecahannya sering dengan cara
sederhana saja dan bersifat segera dan tidak membutuhkan data-data pendukung.
Disamping
masalah-masalah awam, ada masalah-masalah yang bersifat kompleks atau rumit
yang pemecahannya menuntut dan memerlukan pengumpulan sejumlah data pendukung
yang dipergunakan untuk membuat keputusan dan menarik kesimpulan. Masalah yang
seperti inilah yang menjadi perhatian kita, khususnya dalam dunia pendidikan.
Masalah seperti ini menuntut metode ilmiah untuk penyelesaiannya, yaitu melalui
langkah-langkah tertentu dalam usaha memecahkan masalah yang dijumpai.
Kedudukan
masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting
dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang
dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka
yang akan digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk
memecahkannya.
Dalam
dunia pendidikan banyak fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan
kait-mengkait yang mengganjal yang perlu dipecahkan dalam suatu penelitian.
Namun tidak semua masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah. Olehnya itu
makalah ini akan membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang dapat
diselesaikan dengan suatu penelitian.
Jenis
jenis metode penelitian terkait dengan jenis penelitiannya sendiri sebagai
berikut.
1.
Metode Historis
Metode
historis merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan
obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti
untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan,
seringkali dalam hubungan hipotesis tertentu. Dengan metode historis, seorang
ilmuwan sosial peneliti historis yaitu orang yang mengajukan pertanyaan terbuka
mengenai peristiwa masa lalu dan menjawabnya dengan fakta terpilih yang disusun
dalam bentuk paradigma penjelasan.
Dengan
demikian, penelitian dengan metode historis merupakan penelitian yang kritis
terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan
menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber
sejarah serta interprestasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
2.
Metode Deskriptif
Metode
deskriptif merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara
rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa
kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi
dan menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama
dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada
waktu yang akan datang.
Dengan
demikian metode penelitian deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu,
dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan
(analitis), akan tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi,
tetapi juga organisasi. Metode penelitian deskriptif pada hakikatnya adalah
mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada observasi
dan suasana alamiah.
3.
Metode Korelasional
Metode
korelasional merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
korelasional merupakan kelanjutan metode deskriptif. Pada metode deskriptif,
data dihimpun, disusun secara sistematis, faktual dan cermat, namun tidak
dijelaskan hubungan diantara variabel, tidak melakukan uji hipotesis atau
prediksi. Pada metode korelasional, hubungan antara variabel dteliti dan
dijelaskan. Hubungan yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi, metode
korelasional mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti.
Tujuan
metode korelasi yaitu untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu vektor yang
berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Jika pada metode ini, hanya dua
variabel yang dihubungkan, maka disebut korelasi sederhana dan jika lebih dari
dua variabel dihubungkan disebut korelasi berganda. Pada metode ini, pencarian
hubungan (korelasi) antara dua variabel menggunakan koefisiesn korelasi atau
koefisien determinasi.
4.
Metode Eksperimental
Metode
eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
eksperimental merupakan metode penelitian yang memungkinkan peneliti
memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode ini
variabel-variabel dikontrol sedemikian rupa, sehingga variabel luar yang
mungkin mempengaruhi dapat dihilangkan.
Metode
eksperimental bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan
memanipulasikan satu atau lebih variabel, pada satu atau lebih kelompok
eksperimental dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak
mengalami manipulasi. Manipulasi adalah mengubah secara sistematis sifat-sifat
atau nilai-nilai variabel bebas. Kontrol merupakan kunci metode eksperimental,
sebab tanpa kontrol manipulasi dan observasi akan menghasilkan data yang
meragukan.
5.
Metode Kuasi Eksperimental
Metode
kuasi eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian.
Metode kuasai eksperimental hampir menyerupai metode ekperimental, hanya pada
metode ini, peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel bebasnya.
Metode
kuasi eksperimental mempunyai dua ciri, yaitu sebagai berikut : (1) peneliti
tidak mampu meletakkan subjek secara random pada kelompok eksperimental atau
kelompok kontrol. Yang dapat dilakukan peneliti adalah mencari kelompok subjek
yang diterpa variabel bebas dan kelompok lain yang tidak mengalami variabel
bebas.
(2)
Peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja yang
dikendakinya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses suatu penelitian?
2. Apa yang dimaksud dengan permasalahan,
masalah, dan perumusan masalah dalam penelitian?
3. Bagaiman perumusan tujuan penelitian?
4. Apa yang dimaksud dengan variabel
penelitian?
5. Apa yang dimaksud dengan paradigma
penelitian?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses suatu
penelitian
2. Untuk mengetahui penegertian dari permasalahan,
masalah dan perumusan masalah
3. Untuk mengetahui bagaimana perumusan
tujuan penelitian
4. Untuk mengetahui pengertian dari variabel
penelitian
5. Untuk mengetahui pengertian dari
paradigma penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penelitian dan Proses Penelitian
a.
Penelitian
Penelitian
pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematik untuk memecahkan
masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha
ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol fenomena.
Tujuan ini di dasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah
benturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui.
Penelitian
didefenisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematik.
McMillan dan Schumacher (1989) dalam Wiersma (1991:7) mendefenisikan penelitian
sebagai “suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi
(data) untuk berbagai tujuan.” Sementara Kerlinger (1990 : 17) mendefenisikan
penelitian ilmiah sebagai “penyelidikan sestematik, terkontrol, empiris, dan
kritis tentang fenomena sosial yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang
dugaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut.”
b. Tahap- Tahap Proses Penelitian
1. Mengidentifikasi Masalah
Yang
dimaksud dengan mengidentifikasi masalah ialah peneliti melakukan tahap pertama
dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti. Tahap
ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya
penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang
jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Membuat Hipotesa
Hipotesa
merupakan jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti. Perumusan hipotesa
biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian
yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variable yang sedang
diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0
(H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral.
Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti
misalnya penelitian deskriptif.
3. Studi Literature
Pada
tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu
mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang
pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan
teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi
peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan
kerangka berpikir ilmiah.
4. Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
Melakukan
identifikasi dan menamai variable merupakan salah satu tahapan yang penting
karena hanya dengan mengenal variabel yang sedang diteliti seorang peneliti
dapat memahami hubungan dan makna variable-variabel yang sedang diteliti.
5. Membuat Definisi Operasional
Definisi
operasional adalah definisi yang menjadikan variable-variabel yang sedang
diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran
variable-variabel tersebut. Definisi operasional memungkinan sebuah konsep yang
bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan peneliti
dalam melakukan pengukuran.
6. Memanipulasi dan Mengontrol Variabel
Yang
dimaksud dengan memanipulasi variable ialah memberikan suatu perlakuan pada
variable bebas dengan tujuan peneliti dapat melihat efeknya bagi variable
tergantung atau variable yang dipengaruhinya. Sedang yang dimaksud dengan
mengontrol variable ialah melakukan kontrol terhadap variable tertentu dalam
penelitian agar variable tersebut tidak mengganggu hubungan antara variable
bebas dan variable tergantung.
7. Menyusun Desain Penelitian
Apa
yang dimaksud dengan menyusun desain penelitian? Desain penelitian khususnya
dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan alat dalam
penelitian dimana seorang peneliti tergantung dalam menentukan berhasil atau
tidaknya suatu penelitian yang sedang dilakukan. Desain penelitian bagaikan
alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen
pengambilan data, penentuan sample, koleksi data dan analisanya. Tanpa desain
yang baik maka penelitian yang dilakukan akan tidak mempunyai validitas yang
tinggi.
8. Mengidentifikasi dan Menyusun Alat
Observasi dan Pengukuran
Yang
dimaksud pada bagian ini ialah tahap dimana seorang peneliti harus melakukan
identifikasi alat apa yang sesuai untuk mengambil data dalam hubungannya dengan
tujuan penelitannya. Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
biasanya peneliti menggunakan kuesioner, khususnya dalam penelitian-penelitian
jenis Ex Post Facto.
9. Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
Dalam
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kuesioner merupakan salah
satu alat yang penting untuk pengambilan data; oleh karena itu, peneliti harus
dapat membuat kuesioner dengan baik. Cara membuat kuesioner dapat dibagi dua,
yaitu dari sisi format pertanyaan dan model jawaban. Disamping kuesioner, alat
pengambilan data juga dapat dilakukan dengan interview. Cara-cara melakukan
interview diatur secara sistematis agar dapat memperoleh informasi dan/atau
data yang berkualitas dan sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.
10. Melakukan Analisa Statistik
Salah
satu cirri yang menonjol dalam penelitian yang menggunanakan pendekatan
kuantitatif ialah adanya analisa statistik. Analisa statistik digunakan untuk
membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable. Sampai saat ini,
analisa statistik merupakan satu-satunya alat yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah untuk menghitung besarnya hubungan antar variable, untuk
memprediksi pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung, untuk melihat
besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang kita ukur.
11. Menggunakan Komputer untuk Analisa Data
Dengan
berkembangnya teknologi komputer yang semakin canggih dan dituntutnya melakukan
penelitian secara lebih cepat serta kemungkinan besarnya jumlah data, maka
seorang peneliti memerlukan bantuan komputer untuk melakukan analisa data.
Banyak perangkat lunak yang telah dikembangkan untuk membantu peneliti dalam
melakukan analisa data, baik yang bersifat pengelohan data maupun analisanya.
Salah satu program yang popular ialah program SPSS.
12. Menulis Laporan Hasil Penelitian
Tahap
terakhir dalam penelitian ialah membuat laporan mengenai hasil penelitian
secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat
mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada para pembaca atau penyandang dana.
2.2.
Permasalahan, Masalah, dan Perumusan Masalah Penelitian
a. Permasalahan dan Masalah
Masalah
penelitian dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain dilihat dari
sisi waktu, biaya, kemampuan si peneliti maupun kontribusi yang akan diberikan
oleh penelitian tersebut bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masalah
atau disebut juga problem adalah suatu penelitian. Proses mencari jawaban dari
permasalahan hanya bisa dilakukan melalui proses penelitian. Dengan demikian
suatu permasalahan muncul sebelum kegiatan proses penelitian itu dilakukan.
Sedangkan masalah atau permasalahan dalam penelitian tak terlepas erat kaitanya
denga kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu yang lumrah terjadi.
Masalah
atau permasalahan ada jika terdapat kesenjangan antara das Sollen dan das Sein.
Kesenjangan tersebut meliputi dalam materi, pengetahuan, pendidikan, tekhnologi
pembelajaran, atau penerapan suatu model-model pembelajaran di lapangan
(Gay,1987). Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan
target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena suatu hal target
tidak dapat dicapai. Sesuatu hal yang menyebabkan tidak terjadinya target
disebut masalah.
Masalah
dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang
benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan
pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stoner (1982) mengemukakan
bahawa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan
antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan
kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Menurut
Agung Wijaya, Masalah merupakan suatu keadaan yang tidak seimbang antara
harapan/keinginan dengan kenyataan yang ada. Pendapat lain dari Istijanto,
masalah merupakan bagian yang paling penting dalam proses riset, sebab masalah
memberi pedoman jenis informasi yang nantinya akan dicari.
b.
Perumusan Masalah Penelitian
Perumusan
masalah merupakan hal utama yang ditentukan pada saat pertama kali akan
dilakukan riset. Suriasumantri (2003:312) menyebutkan bahwa rumusan masalah
merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-peryataan apa saja
yang ingin kita cari jawabannya. Dapat dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan
pernyataan spesifik mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti.
Rumusan
masalah diperoleh dari identifikasi masalah yang sudah diajukan. Jika
identifikasi masalah masih sangat luas cakupannya, maka rumusan masalah
merupakan masalah spesifik yang sudah dibatasi untuk diteliti lebih lanjut oleh
peneliti.
Dalam
rumusan masalah yang dibuat, sudah tergambar dengan jelas desain penelitian
yang akan dilakukan, apakah menggunakan desain kualitatif, kuantitatif
(korelasional, komparasi, dan deskriptif), dan seterusnya.
Bentuk-bentuk Rumusan Masalah
Penelitian
1. Rumusan masalah Deskriptif : rumusan
masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri,
baik hanya pada satu variable atau lebih (variable yang berdiri sendiri)
2. Rumusan Masalah Komparatif: rumusan masalah
penelitian yang membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
3. Rumusan Masalah Asosiatif : suatu rumusan
masalah penelitian yang bersifat menannyakan hubungan antara dua variable atau
lebih.
a) Hubungan Simetris : suatu hubungan
antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.
b) Hubungan Kausal : hubungan yang
bersifat sebab akibat. Variable independent (variable yang mempengaruhi) dan
variable dependent (variable yang di pengaruhi).
c) Hubungan interaktif/reciprocal/timbal
balik : hubungan yang saling mempengaruhi.
c. Langkah – langkah Perumusan Masalah
Langkah
1 : Tentukan fokus penelitian
Langkah
2 : Cari berbagai kemungkinan
factor yang ada kaitan dengan focus tersebut yang dalam hal ini dinamakan
subfokus
Langkah
3 : Dari antara factor – factor
yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelaah,
kemudian tetapkan mana yang dipilih
Langkah
4 : kaitkan secara logis factor –
factor subfokus yang dipilih dengan focus penelitian.
d. Rumusan
Masalah yang Baik
Rumusan
masalah penelitian yang baik, antara lain:
a. Bersifat orisinil, belum ada atau belum
banyak orang lain yang meneliti masalah tersebut.
b. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu
pengetahuan dan terhadap masyarakat.
c. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
d. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain
terhadap masalah tersebut.
e. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
f. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan
atau menyinggung adat istiadat, ideologi, dan kepercayaan agama.
2.3
Perumusan Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian merupakan ungkapan sasaran yang akan dicapai dalam suatu penelitian.
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan kongkrit, jelas dan ringkas dan
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Isi dan rumusan tujuan penelitian
harus mengacu pada rumusan masalah penelitian.
Dalam
penelitian deskriptif, tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran dan
diskripsi secara rinci, sistematis dan akurat suatu fenomena. Rumusan tujuan
penelitian deskriptif meliputi mengklasifikasi dan menguraikan tentang
sifat-sifat atau faktor-faktor fenomena tersebut. Suatu penelitian ada yang
hanya memerlukan satu tujuan, ada juga mempunyai beberapa tujuan sesuai dengan
sub-permasalahan (Zainuddin:1988).
Tujuan
penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu
yang diperolah setelah penelitian penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian.
Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh jawaban atas
permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh karena, rumusan tujuan harus relevan
dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan
proses penelitian. Tujuan penelitian
berfungsi :
1. Untuk mengetahui deskripsi berbagai
fenomena alamiah
2. Untuk menerangkan hubungan antara
berbagai kejadian
3. Untuk memecahkan masalah yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk memperlihatkan efek tertentu
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Tujuan Umum, mengandung uraian garis
besar sasaran akhir secara keseluruan yang akan dicapai
b. Tujuan khusus, mengandung uraian secara
rinci untuk mencapai tujuan umum.
2.4
Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek, individu / kegiatan
yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah
ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari Informasinya serta ditarik
kesimpulannya.
Beberapa
definisi Variabel menurut para ahli :
1. Menurut Hatch dan Farhady(1981), variabel
dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai
variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang
lain.
2. Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa
variabel adalah kontruk(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya :
tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin,
golongan gaji, produktifitas kerja, dll.
3. Menurut kidder (1981),variabel penelitian
adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya.
4. Variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009)
a. Macam
– macam Variabel
Menurut
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam
variabel penelitian yaitu:
1. Variabel independen
Variabel
ini sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa
indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Variabel ini biasa disebut juga variabel eksogen.
2. Variabel dependen
Variabel
dependen disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa
indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
terikat disebut juga varabel indogen.
3. Variabel moderator
Variabel
moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen.
4.
Variabel intervening
Menurut
Tuckman(1988), “An intervening variabel is that factor that theoritically
affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulated.”
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
atara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan
diukur. Variabel ini adalah variabel penyela/antara yang terletak dianatara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
5. Variabel kontrol
Variabel
control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan, bila akan melakukan
penilitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimen.
2.5
Paradigma Penelitian
Paradigma
adalah cara pandang atau melihat sesuatu yang hidup dalam diri seseorang dan
mempengaruhi orang tersebut dalam memandang realitas sekitarnya. Paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang
peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu
atau teori yang dikonstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu
disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya
dipelajari. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami
suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah
penelitian (Guba & Lincoln, 1988: 89-115).
Istilah
paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian
dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara
mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of
inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik.
Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs (1980), sebagai suatu pandangan
yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan
yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer,
dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah
satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Norman K. Denzin membagi paradigma
kepada tiga elemen yang meliputi; epistemologi, ontologi, dan metodologi.
1. Epistemologi mempertanyakan tentang
bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti dengan
pengetahuan.
2. Ontologi berkaitan dengan pertanyaan
dasar tentang hakikat realitas.
3. Metodologi memfocuskan pada bagaimana
cara kita memperoleh pengetahuan
Dari
definisi dan muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi
paradigma sebagai alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang
berkaitan dengan; (1) apa yang harus dipelajari; (2) persoalan-persoalan apa
yang harus dijawab; (3) bagaimana metode untuk menjawabnya; dan (4)
aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang
diperoleh.
Secara
umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Pendekatan kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma
positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif
dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
Pendekatan
kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan
filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak
unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Paradigma ini disebut juga
dengan paradigma tradisional (traditional), eksperimental (experimental), atau
empiris (empiricist). Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya
pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu
pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang
tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Menurut
Indiantoro & Supomo masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai
kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau
paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada
beberapa hal di antaranya;
1. Jika ingin melakukan suatu penelitian yang
lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara
studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma
kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan
hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya
digunakan paradigma kuantitatif
2. Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan
yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma
kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang
mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan
naturalis lebih baik digunakan.
Sifat
humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi
manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Pendekatan
kualitatif lahir dari akar filsafat aliran fenomenologi hingga terbentuk
paradigma post positivisme.
· Paradigma Kuantitatif, juga dikenal
dengan;
a. paradigma tradisional, positivis,
eksperimental, empiris
b. menekankan pada pengujian teori-teori
melalui pengukuran variabel penelitian
dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
· Paradigma Kualitatif, juga dikenal
dengan;
a. pendekatan konstruktifis, naturalistis
(interpretatif), atau perspektif postmodern.
b. menekankan pada pemahaman mengenai
masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas
Lebih
lanjut perbedaan paradigma kedua jenis penelitian ini dapat dielaborasi sebagai
berikut:
Paradigma
Kuantitatif
1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif,
dalam pengumpulan dan analisa data, termasuk dalam penarikan sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir
positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau
sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari
individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan
obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam pendekatannya menggunakan
pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha mengendalikan
stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari
situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar”
dari obyek penelitiannya.
5. Bertujuan untuk menguji suatu
teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel
yang ditetapkan.
6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga
kegiatan pengumpulan data lebih dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul
data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan
pada segi realibilitas dan biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard
fact).
8. Walaupun data diambil dari wakil populasi
(sampel), namun selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik
(particularistik) berupa variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat
holistik.
1. Cenderung menggunakan metode kualitatif,
baik dalam pengumpulan maupun dalam proses analisisnya.
2. Lebih mementingkan penghayat-an dan
pengertian dalam menangkap gejala (fenomenologis).
3. Pendekatannya wajar, dengan menggunakan
pengamatan yang bebas (tanpa pengaturan yang ketat).
4. Lebih mendekatkan diri pada situasi dan
kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha menempatkan diri serta
berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
5. Bertujuan untuk menemukan teori dari
lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif. Jadi
bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
6. Berorientasi pada proses, dengan
mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama. Hal ini dinilai cukup
penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan
analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Keriteria data/informasi lebih menekankan
pada segi validitasnya, yang tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan
juga informasi simbolik atau abstrak.
8. Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi
pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya
melainkan pada segi otensitasnya.
9. Fokus penelitian bersifat
holistik,meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi pada variabel
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat
dibuat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian pada dasarnya adalah suatu
kegiatan atau proses sistematik untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan
menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk
menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol fenomena.
2. Tujuan penelitian merupakan rumusan
kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperolah setelah
penelitian penelitian selesai, sesuatu yang
akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian.
3. Rumusan masalah merupakan upaya untuk
menyatakan secara tersurat pernyataan-peryataan apa saja yang ingin kita cari
jawabannya. Dapat dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan
spesifik mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti.
4. Variabel Penelitian adalah suatu
atribut, nilai/ sifat dari objek, individu / kegiatan yang mempunyai banyak
variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti
untuk dipelajari dan dicari Informasinya serta ditarik kesimpulannya.
5. Paradigma penelitian merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori yang dikonstruksi
sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
DAFTAR
PUSTAKA
Emzir,
2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta
Sedarmayanti
dan Hidayat .2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju. Hal. 36.