MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Jumat, 09 Mei 2014
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia dan Pandangan Hidup”. Pembuatan makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi dalam menerima mata kuliah “Ilmu Budaya Dasar” dan bagaimana cara mempelajari materi lebih dalam.
Melihat betapa pentingnya pandangan hidup antara sesama manusia. Karena tanpa pandangan hidup ini terasa hampa dan sunyi. Sehingga dengan hadirnya makalah ini. Di harapkan kepada pembaca agar dapat mengaplikasikan dalam berbagai bentuk kehidupan..
          Kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami butuhkan. Semoga makalah ini sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar.


 Jakarta, 09 April 2014
 Penyusun













BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda mengelompokkan pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan paham atau aliran. Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan. Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah berasal dari pendidikan.Oleh karena itu jika kita membahas tentang pendangan hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan manusia dapat berfikir ledih kedepan mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.

B.  Rumusan masalah
1.      Bagaimana pengertian pandangan hidup?
2.      Bagaimana hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia?
C.  Tujuan masalah
1.      Mendeskripsikan pengertian pandangan hidup.
2.      Mendeskripsikan hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia.





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya, cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup seseorang. Cita-cita ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan, niat, atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama, novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita, keinginan, harapan dan tujuan.

B.  Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati masyarakat, yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Demikian pula manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan.

C.  Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup. Dalm menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan sikap nonetis. Sikap etis disebut juga sikap positif sedangkan sikap nonetis disebut juga sikap negatif. Ada tujuh sikap etis, yaitu : sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati, dan sikap bangga. Sedangkan sikap nonetisada 6 yaitu : sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap positif bagi bangsa Indonesia. Sikap-sikap itu antara lain : sikap suka bekerja keras, sikap gotong royong, menjaga hak dan kewajiban, sikap tolong menolong, dan sikap mengargai pendapat orang lain. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
Namun demikian dibalik keragaman pendapat tersebut tampaknya ada satu benang merah yang dipersamakan, yaitu adanya kesepakatan bahwa manifestasi sikap tidak  dapat dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konstruk-konstruk lain, seperti dorongan, motivasi, atau bahkan dengan nilai-nilai tertentu.
Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivasi, sedang nilai-nilai sasarn adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap mana berbagai pola sikap dapat diorganisir.
            Dalam buku Strategi Kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah tahap mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional. Tahap mistis merupakansikap manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya. Tahap ontologi adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan. Sedangkan tahap fungsional merupakansikap dan alam pikiran yang semakin nampak dalam diri manusia modern.
            Sedangkan menurut Frans Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi kendala dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan sikap hidup yang tepat itu, bahaya tersebut adalah nafsu dan pamrih. Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta pada dunia lahir. Sedangkan pamrih adalah tindakan yang semata-mata mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
            Dalam bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin dalam Falsafah Hidup Orang Jawa, Soetrisno melihat adanya tiga nafsu yang begitu menonjolkan aspek pamrih, antara lain: selalu ingin menang sendiri, selalu ingin benar sendiri, dan hanya mementingkan kebutuhan sendiri.
            Selain itu, menurut J.C.Tukiman Taruna dalm harian Kompas 8 Januari 1984, ia menawarkan 6 sikap mental yaitu:
1.    Manusia Jawa itu semakin manja. Dasar yang dipakai adalah kenyataan dalam kehidupan orang Jawa yang lebih suka dilayani daripada melayani.
2.    Manusia Jawa cenderung boros, hal ini terbukti adanya dorongan yang kuat dalam diri orang jawaberupa sikap suka menikmati. Manusia Jawa adalah kelompok penikmat dan itu berarti ingin menikmati yang serba baru dan baik.
3.    Adanya sikap semakin religius. Semangat religius menurun dan cenderung menjadikan rumah ibadah sebagaipusat kehidupan sosial.
4.    Manusia Jawa itu pendendam. Apabila menyangkut harga diri manusia Jawa tidak mengenal pengampunan dan tidak bisa memaafkan.
5.    Manusia Jawa mudah terpengaruh.
6.    Manusia Jawa bukan pionir. Hal ini terbukti orang Jawa lebih suka menunggu lowongan pekerjaan daripada menciptakan lapangan pekerjaan.

D.  Manusia Dan Pandangan Hidup
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia tersebut. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia menyadari, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau dasar keturunan.  Pandangan hidup penting bagi kehidupan manusia dimasa sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan. Buka kebutuhan sesaat melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita memerlukan perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai di akhir nanti.












BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan

Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.


DAFTAR PUSTAKA
·         Seri Diktat Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji, Universitas Gunadarma
·         Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, karya Yulia Budiwati
·         Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, penerbit Gramedia
·         http://id.wikipedia.org/wiki/\manusia
·         http://id.wikipedia.org/wiki/pandangan hidup

·         http://satriowisnu.blog.com/2010/04/18/manusia-pandangan hidup-tugas-ibd/

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Manusia dan Kegelisahan”, suatu permasalahan yang sering di alami seseorang.
            Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid, yang mana berbentuk kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu hal yang bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan biasa muncul pada masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percaya dan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan kesalah pahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikan dirinya. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman dan menambah wawasan tentang masalah PARONOID dengan suatu harapan dapat berguna bagi para pembaca.
            Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat. Amin.

\

Jakarta, 09 April 2014
        penyusun












A.  Pengertian Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan menipakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.

Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala; memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang kepalanya; duduk dengan wajah munmg atau sayu, malas bicara; dan lain-lain.

Kegelisahan menipakan salah satu elcspirsi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, behwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai.

Gelisah adalah perasaan yang pasti pernah dirasakan oleh setiap orang. Gelisah adalah keadaan dimana seseorang merasa tidak tenang, selalu merasa khawatir. Rasa gelisah timbul karena banyak sebab, misalnya kurang percaya diri, orang yang sehabis berbohong, demam panggung, rasa bersalah terhadap suatu hal atau kepada orang lain.

Gelisah dibagi menjadi 2, yaitu :

1.      “kegelisahan negatif” (al-qalq as-salabĂ®y) adalah kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau yang melewati batas, yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada. Tentu saja hal ini merupakan ancaman bagi eksistensi manusia sebagai kesatuan yang integral.

2.      “Kegelisahan positif” merupakan dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda peringatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang secara tiba-tiba dan tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dan dapat membantu dalam beradaptasi. Singkatnya, ia merupakan faktor penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan “kegelisahan negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah; ketika ketinggian kadarnya membahayakan kesehatan manusia.

B.  Penyebab Gelisah

Biasanya sesorang gelisah karen ada satu hal yang tidak ia sukai kemudian hal tersebut menimpanya. Contohnya seperti kehilangan suatu barang, apalagi barang tersebut adalah barang yang penting dan sanagt dibutuhkan. Kegelisan terjadi kepada seseorang yang telah  cukup akal dan fikirannya dan biasanya terjadi pada usia remaja sampai dewasa. Di usia balita dan kanak-kanak belumnya mempunyai rasa gelisah, karena akal dan fikirannya belum lah berkembang.
Akan tetapi ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang bisa gelisah. Menurut Sigmund Freud ahlipsikoanalisa berpendapat, ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
1)      Kecemasan obyektif
Adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalamdunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam utnuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisikecenderungan untuk menjadia takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu dalam keadaan tertentu darilingkungan..
2)      Kecemasan neorotis
Timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah Menurut Sigmund Freud kecemasanini dibagi tiga macam yakni; kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, bentuk ketakutan yangirasional (phobia) dan rasa takut lain karena gugup, gagap dan sebagainya.
3)      Kecemasan moril
Disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam=macam emosi atnra lain:isri, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang. Semua itu merupakan sebagian dari pernyataan individu secarakeseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Sikap seperti itu sering membuat orang merasa khawatir, cemas, takut gelisah dan putus asa.

Factor-factor yang mempengaruhi kegelisahan antara lain;
a.       ketidak pastian suatu keadaan tertentu
b.      ketidak pastian dari perbuatan orang lain
c.       keterasingan
d.      kesepian
e.       dll

Pada dasarnya kegelisahan merupakan perasaan manusia yang takut akan kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya, kegelisahan seseorang bias dilihat dari tingkah laku dan gerak-gerik seseorang yang lain dari biasanya.

C.  Dampak Gelisah

Bila kegelisahan terjadi berlebih maka akan berdampak terhadap Jasmani dan rohani. Jasmani atau fisik dengan kata lain yaitu tubuh, jantung akan berdebar lebih cepat sehingga menyebabakan pernapasan tidak teratur kemudian akan keluar keringat yang berlebih dengan terasa dingin, itu menandangan tidak sehat. Rohani atau jiwa, akan terganngu bila terjadi kegelisahan yang berlebih dan dapat berpengaruh terhadap pikiran.


D.  Cara Mengatasi Kegelisahan

Harus lah bersikap tenang dan dingin, jangan terbawa emosi akibat kegelisahan atau kecemasan yang sedang kita rasakan dengan kata lain jangan terlalu panik. Apabila itu terjadi terhadap seseorang, maka harus ada seseorang lain yang dapat dipercayainya untuk menenagkan orng yang sedang gelisah. Cara lain adalah bila kita menyukai mendengarkan lagu, maka carilah lagu yang dapat menenangkan diri dari kecemasan atau kegelisah yang terjadi.

Ada suatu cara lain yang mungkin juga baik untruk digunakan dalam mengatasi kecemasan tersebut dengan memerlukan sedikiyt pemikiran yaitu,pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.apabila kita dapat menganalisa akibat yang akan ditimbulkan oleh kecemasan tersebut dan bila kita tidak dapat mengatasinya,kita dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya,karena tidak semua pengalama di dunia ini menyenangkan.Yang ke2,kita bersedia menerima akibatnya dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita.dan yang ke3,dengan bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
Ada suatu cara paling ampuh dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang bagaimanapun termasuk kecemasan ini yaitu kita berdoa kepada tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas,sehingga ia mau mengabulkan permhonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab tuhan adalah yang paling Maha Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya yang mau berdoa dan memohon kepadanya.
Dalam kehidupan ini setiap manusia mempunyai harapan-harapan dan setiap manusia mempunyai hak untuk itu,tidak seorang pun dapat menghalanginya.Untuk mencapai harapan-harapan itu manusia berusaha,yang mungkin usahanya itu dengan mengorbankan apa saja dengan kata lain manusia berusaha dengan sekuat tenaga,setelah berusaha maka orang-orang itu dengan gelisah menunggu dan menanti bagaimana hasil usaha mereka,sesuaikah dengan apa yang mereka korbankan,berhasilkah atau mereka harus kecewa karena gagal.
Seringkali dalam menungu hasil-hasil usaha mereka,mereka itu tidak sabar,hati mereka tidak tentram,tidak damai dan lain sebagainya sampai-sampai mereka jarang menggunakan akal sehatnya.Untuk itu disini kami akan mencoba memberi uraian mengapa kita gelisah,mengapa kita merasa khawatir,mereka tidak tentram dan hati kita berdebar dalam menuggu di samping itu pula akan di uraikan mengapa dan apa penyebabnya kita merasa demikian serta bagaimana cara menanggulangi kegelisahan dan kekhawatiran yang kita alami.Disini kami mencoba memberikan gambaran cara penecahan rasa gelisah yang mungkin dialami,sebab seringkali orang yang mengalami kegelisahan menanggulangi atau menyalurkan dengan hal-hal yang bersifat negatif. Sudah tentu cara-cara ini tidak benar, hal ini terjadi karena dalam pemecahan masalah ini mereka tidak menggunakan akal sehat, dengan kata lain emosi dan ratio mereka tidak stabil lagi dan kadang-kadang malah emosi mereka lebih menonjol sehingga tindakan- tindakan mereka tidak terkontrol. Di samping itu juga kegelisahan dan kekhawatiran ini dialami oleh setiap orang hidup dan mempunyai harapan.

Daftar Pustaka


MANUSIA DAN PENDERITAAN

Jumat, 04 April 2014

MANUSIA DAN PENDERITAAN



KATA PENGANTAR



Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, dan selaku dosen  pengajar IlmuBudaya Dasar (IBD) yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan kepada kami dalam penulisan makalah Ilmu Budaya Dasar.Makalah ini membahas tentang “Bagaimana Manusia dengan Penderitaan“. Ruang lingkup materi ini sangat luas karena menyangkut kehidupan, nasib dan takdir manusia terhadap tindakan yang manusia lakukan.

Konsep dan pemahaman penderitaan mencakup hubungan pribadi seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya.Penulisan makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin. Namun, karena keterbatasan waktu tentu makalah ini masih belum sempurna.

Untuk itu, kami mengharapkan para pembaca maupun pihak-pihak lain berkenan memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya.Semoga makalah ini turut memberi andil dalam memperluas pengetahuan kita dan semogasemua usaha kita mendapat ridho-Nya.Kami mengucapkan terima kasih, atas perhatian dan kerjasama dari semua pihak yang telah mendukung guna mencapai penulisan makalah yang baik.







Jakarta 04-04-2014
Penyusun


BAB I
PENDAHULAN


 A.    Latar Belakang
Manusia di dunia ini dihadapkan pada dua cobaan yaitu cobaan yang mengembirakan dan cobaan yang menyusahkan. Cobaan tersebut berupa tahapan dan rintangan yang menguji manusia dalam kehidupan. Apa bila mampu menyelesaikan dengan baik akan mendapatkan pahala dan bila mengingkari ketentuan yang ada akan tenggelam dalam penderitaan di akhirat kelak.
Terkadang manusia terbuai pada kegembiraan, padahal kegembiran juga cobaan. Manusia seringkali tergelincir akibat keterlenaan dan berlebihan (melampaui batatas)  yang berujung pada suatu penderitaan. Sementara ada pula yang menghadapi cobaan yang menyusahkan namun tidak kuat menjalani cobaan. Orang tersebut menjadi frustasi dan meluapkan emosi tanpa kontrol. Sikap seperti itu malah semakin menambah penderitaan. Ada pula ketika merasa kesabaran sudah di batas perjuangan berhenti melakukan perjuangan, padahal keinginan yang diharapkan selangkah lagi tercapai sehingga tetap  pada pendedritaan dan menyesal ketika harapan yang dicitakan berlalu begitu saja di hadapanya. Ada pula yang menjalani hidup dengan sikap overconfident (terlalu bermain aman), tidak mau menghadapi masalah atau lari dari masah namun yang terjadi mendapati pada suatu penderitaan. Ada pula yang mencoba berkelik dari masalah dan hanya mengincar kebahagiaan dunia namun di akhirat berujung pada penderitan.
Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah  baik yang menyusahkan atau yang menggembirakan. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada lika-liku kehidupan yang sering dianggap sebagai suatau penderitaan. Susah maupun senang merupakan dua agenda yang silih berganti tejadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada senang dan habis senang ada susah. Manusia selalu untuk berusaha menjadi lebih baik. Manusia perlu menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk akherat  dengan menjalani suka duka yang ada di dunia.
Manusia juga dituntut untuk keimanan terhadap Tuhannya, baik duka maupun duka untuk semakin mendekatkan diri. Manusia sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi penderitaan. Namun harus bangkit mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang bernilai lebih berharga. Dan terus belajar menelusuri kehidupan karena ada  hikmah di balik penderitaan.
               Penderitaan datang tak terduga begitu pula kebahagian datang dari celah tak terduga. Sehingga manusia dituntut untuk siap siaga dalam menghadapi suka maupun duka di kehidupan ini. Dan sepatutnya kita berani menghadapi dalam menyelesaikan persoalan hidup ini, tidak pilih-pilih saat senang semangat sat susah loyo, atau saat duka tabah saat senang tidak bersukur. Kita perlu belajar dari pengalaman dan cepat bangkit saat tergelincir.
              Semangat juga bukan semangat yang melampaui batas, tetapi berusaha menenenagkan  hati, sabar menghadapi penderitaan, hati iklas lilahita ala mengharap ridho Allah. Karena solusi-solusi saat menghadapi penderitaan akan mudah muncul saat hati tenang dan berpikir jernih. Berbeda dengan tergesa-gesa menyebabkan solusi di depan mata terlihat jauh. Dan terkadang hal penunjang terabaikan sehingga menambah masalah baru. kita juga bukan hanya menunggu desakan solusi tapi perlu menyambut solusi.

B. Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari penderitaan?
2. Apa hubungan manusia dengan penderitaan?
3. Bagaimana cara manusia menghadapi penderitaan?
4. Apa saja sebab-sebab terjadinya penderitaan?
5. Apa pengaruh dari penderitaan yang dihadapi manusia?



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Penderitaan
             Penderitaan berasal dari kata dasar derita. Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggung. Jadi dapat diartikan penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan. Penderitaaan dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komposisi yang mengalami kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan, atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Ada pula kondisi alam yang ekstrem, seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat kehujanan membuat kedinginan.
                  Ada pula penderitaan yang secara lahiriah seperti sakit hati karena dihina, sedih karena kerabat meninggal, putus asa karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang diharapkan. Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misal akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat berteduh akibatnya mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena putus asa tidak lulus ujian menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut sakit.
               Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, dari yang terberat hingga ringgan. Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh menentukan intensitas penderitaan. Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu dianggap penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu permasalahan sederhana yang dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam apabila disikapi secara reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat urgen disepelekan juga dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian terjadi penderitaan.
                 Manusia tidak dapat mengatakan setiap situasi masalahnya sama, penderitaanya sama solusinyapun sama. Penderitaan bersifat universal dapat datang kepada siapa pun tidak peduli kaya maupun miskin, tua maupun muda. Penderitaan dapat muncul kapan pun dan di mana pun. Semisal saat seminar di siang hari, suasana pengap, ada kipas angin pun masih kipas-kipasan membayangkan ruang ber AC, dan pulang tidur merentangkan badan di kasur empuk. Atau makan buah segar dan minum air dingin. Namun pasien rumah sakit di ruang VIP, tidur di kasur empuk ruang ber-AC, banyak buah segar dan air segar di kulkas, merasa tidak betah dan ingin cepat pulang. Ada lagi orang yang tidak mempunyai uang merasa menderita tidak dapat wisata saat liburan, namun ada pula orang yang berpergian membawa uang banyak tanpa bekal hendak liburan ternyata mobil mogok di daerah yang jauh dari permukiman, dan saat makan siang tiba, rasa lapar mulai muncur, ternyata uang tidak dapat menolong dari penderitaan karena tidak ada barang yang bisa dibeli, terlebih muncul rasa gengsi atau keegoisan penumpang lain menambah penderitaan.
                Penderitaan merupakan realita kehidupan manusia di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap menghadapi tantangan hidup bila tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang menghadapi cobaan yang bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan kebahagian. Karena penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang mendapatkan kebahagian yang lalu maupun yang akan datang.
              Akibat penderitaan yang bermacam-macam manusia dapat mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang dialami namun adapula akibat penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan. Sehingga penderitaan merupakan hal yang bermanfaat apabila manusia dapat mengambil hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun orang yang berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak melapaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmah dan pelajaran yang didapat dari penderitaan yang dialami.
              Penderitaan juga dapat "menular" dari seseorang kepada orang lain. Misal empati dari sanak-saudara untuk membantu melepaskan penderitaan. Atau sekedar simpati dari orang lain untuk mengambil pelajaran dan perenungan.
            Contoh gamblang penderitaan manusia yang dapat diambil hikmahnya diantaranya tokoh filsafat ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal Denmark yang sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
                Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar. Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar. Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad SAW. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
                Dalam riwat hidup Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitaan. Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara megembara di hutan yang penuh penderitaan.
              Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaan hebat pada masa kecil, hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin bangsanya. Ketika membaca kisah tokoh-tokoh besar tersebut, kita dihadapkan pada jiwa besar, berani karena benar, rasa tangung-jawab, dan sebagainya. Dan tidak ditemui jiwa munafik, plin-plan, dengki, iri dan sebagainya.
B. Hubungan Manusia dengan Penderitaan
             Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada atas seisi jagad raya ini. Dia menciptakan mahluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan penderitaan.
            Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu dipahami mahluk hidup selalu membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu dipenuhi akan membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat.
               Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak hanya menggunakan insting namun juga pemikirannya dan perasaannya. Tidak hanya naluri namun juga nurani. Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia tidak dapat berdiri sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi penghidupanya.
             Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan. Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selau berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya memenuhi kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak menderita di dunia, namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan di dalam neraka.
Manusia di dunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari kesalahannya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa pada pederitaan di akhirat.
Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang menganggap sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian rasa sakit, yang terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat menggiring manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. Adapun akan lebih jelas akan dibahas sebagai berikut.
1. Siksaan
             Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Siksaan juga dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Apa bila berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita. Di dalam benak kita, terbayang seseorang yang tinggi besar, kokoh, kuat dan dengan muka seram sedang menggenggam cemeti yang siap mencambukkan tubuh orang yang akan disiksa; atau ia memegang batangan besi yang sudah dipanaskan ujungnya sampai merah dan siap ditempelkan pada tubuh orang yang akan disiksa. Semua itu dengan maksud agar orang yang disiksa memenuhi permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas dendam.
            Siksaan pada manusia juga dapat menimbulkan kreativitas bagi yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tak langsung. Hal itu terlihat dari banyak cerpen, novel, berita, atau filem yang mengisahkan tentang siksaan. Dengan menyimak hasil seni atau berita kita dapat mengambil arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan, tetapi juga hati yang telah dikuasi hawa nafsu, godaan setan, tidak mengenal perikemananusiaan dan sebagainya.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
            Siksaan yang sifatnya psikis tersebut dapat menimbulkan gejala pada penderita bisa berupa: kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain: claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
             Di dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami manusia di akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, dengki, memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya.  Antara lain, ayat 40 surat Al Ankahut menyatakan :
"masing-masing bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan ke dalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami tenggelamkan seperti kaum Nuh. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena dosa-dosanya”.

             Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai gambar si korban. Adapun siksaan bersifat psikis dapat di klasifikasi seperti:
Kebimbangan, siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan yang mana akan mereka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
Kesepian, merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial ,hidup bersama dan tidak hidup seorang diri. Faktor ini dapat mengakibatkan depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa rohani manusia
Ketakutan, adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh manusia. Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam. Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia berkejatuhan mental.
2. Rasa Sakit
            Rasa Sakit adalah rasa yang di alami manusia akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, orang bodoh atau pintar, bahkan dokter sekalipun kesemuanya tidak dapat menghindarkan dari rasa sakit. Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian sebap akibat, karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit orang menderita. Atau karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
3. Kekalutan Mental
        Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah : Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung, Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
a. Tahap-tahap Gangguan Kejiwaan
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya, Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita ganguaan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan., Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalam gangguan
b. Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut:
Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna; hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
Terjadinya konflik sosial budaya; terjadinya konflik sosial budaya diakibatkan norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, atau orang yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu. Dan Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.
c. Proses-proses Kekalutan Mental
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negatif. Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, atau pun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain: Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya, Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau kekanak-kanakan, Fiksasi adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu, Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain,  Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya, Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain dan Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti:
1. kota – kota besar
2. anak-anak muda usia
3. wanita
4. orang yang tidak beragama
5. orang yang terlalu mengejar materi

Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan

        Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif atau pun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, mislanya antikawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat antikawin-paksa, ia berjuang menentang kawin-paksa, dan lain-lain.

4. Neraka
Berbicara tentang neraka, kita selalu ingat dosa dan terbayang dalam ingatan, siksaan yang luar biasa dan penderitaan hebat. Jelas bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan memiliki suatu rangkaian sebab-akibat. Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentan dosa berati berbicara kesalahan. Seperti yang tertuang dalam Quraan Surat Al Fath ayat 6 yang artinya:   
"Dan supaya dia menyiksa orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang yang musyrikin laki-laki dan perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dam menyediakan neraka jahanam baginya. Dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali". (Q.S. Al-Fath : 6)

C. Cara Manusia Menghadapi Penderitaan
         Manusia memiliki berbagi cara meng hadapi penderiataan mulai dari berekspresi dengan seni, meminta bantuan orang lain. Hingga manusia merasa mampu melewati penderitaan tersebut. Selagi nyawa ada manusia tak akan pernah berhenti berjuang mengatasi masalah.

1. Penderitaan Dan Perjuangan
         Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, rnenghindari atau menghilangkan sama sekali.
          Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis dan berusaha mengataasi kesulitan hidup. Allah telah berfinnan dalam surat Arra'du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan membah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
        Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dan bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.

2. Penderitaan, Media Masa dan Seniman
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, Meletusnya Gunung Galunggung,Perang Irak-Iran.
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan sesamanya. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari musibah ini setelah mendapatkan berita dari media masa. Bantuan-bantuan ini dilakukan secara perseorangan atau pun melalui organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan atau diantarkan langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menentukan sikap solidaritas antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul "Arie Hangara".

D. Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
 Penderitaan dapat muncul dari berbagai sebab. Penyebab tersebut kadang datang tak terduga. Apa bila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:

1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik kembali. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir, kalau takdir, Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.

2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan atau azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan/azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat menjadi usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan beriktu ini :
(1) Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun begitu ia dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Kanena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di Universitas, dan akhimya memperoleh gelar Doktor di Universitas DSarbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr.Thaha Husen, Guru besar Universitas di Kairo, Mesir.
(2) Tenggelamnya Fir'aun di laut Merah seperti disebutkan dalam Al-Qur'an adalah azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir'aun adalah raja Mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir'aun bersama bala tentaranya mengejar nabi Musa As. dan pengikut-pengikutnya menyeberang laut Merah, laut itu terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berlalu. Ketika Fir'aun dan tentaranya berada tepat di tengah belahan laut merah itu, seketika itu juga laut merah tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.

E. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa "sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna", "nasi sudah menjadi bubur". Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dan penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dan kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu tiri, ia berjuang melawan sikap ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang kekerasan, dan lain-lain.

1. Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan seterusnya. Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam, yaitu:
a. Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
b. Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.

        Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin dicapai atau dikejarnya.
        Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.

2. Penderitaan dan Kasihan
       Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
        Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena: pertama, di mana letak humanisnya dan aliran eksistensialisme. Kedua, bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan senang bila melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh kasihan terhadap sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya.

3. Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia
Penderitaan juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati manusia (Al-Ghazali, abad ke 11). Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’ Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad, dengki akan menderita hukuman lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak kenal berterima kasih. Padahal dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di segala zaman. Allah SWT telah memberi ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya, karena itu penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan selalu menimpa orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama hidupnya sampai akhir kelak.
Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda-tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna, ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan nikmat mengingat-Nya.
Sehubungan dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita.  Allah berfirman:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk menyembah kepada-Ku”. (QS. 51: 56)

“Barangsiapa merasa mengerti sesuatu, tetapi tidak mengenal Allah, sesungguhnya orang tersebut tidak mengerti apa-apa. Barangsiapa mempunyai sesuatu yang dicintainya lebih daripada mencintai Allah, maka sesungguhnya hatinya sakit. “katakanlah, hai Muhammad, apabila orang tuamu, anakmu, saudaramu, istrimu, handai tolanmu, harta bendamu yang engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang engkau khawatirkan ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih kamu cinta daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).
Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang ialah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
“Dan kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu dapat benar-benar mengenal mereka dengan tanda-tandanya, tetapi kamu mengenal mereka dari bicara mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”. (QS. 47: 29-30).
       Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
“Tak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia kecuali jika Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”. (Tafsir Ibn Katsir, Vol. 4 hal. 180).
Obat supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai berikut:
“Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang suci”. (QS. 26: 89 ).
Jadi, mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa semangat taat kepada Allah SWT dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad ke-11).



BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan
       Dalam materi ini kita dapat mengetahui tentang apa itu penderitaan, kehidupan manusia tidak akan datar pasti bergelombang, maksudnya pasti ada yang menyenangkan dan menyusahkan. Pederitaan juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan manusia, rasa sakit, siksaan menuntut manusia auntuk bangkit menjadi lebih baik namun ada yang tidak kuat sehingga terjadi kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati sesuai denan kaidah agama, manusia akan mendapat penderitaan di akhirat berupa pemyiksaan di dalam neraka.
       Dalam menghadapi penderitaan setiap orang pasti melakukan hal yang berbeda, ada yang menyikapinya dengan tindakan positif dan ada juga dengan tindakan negatif, misalkan yang positif ia akan lebih berusaha agar tidak mendapatkan penderitaan yang ia sudah alami bahkan bisa menjadikannya sebagai sebuah peluang dalam melakukang sebuah inovasi baru. Sedangkan yang negatif ia akan trauma dan membuat kondisi dirinya menjadi tidak labil karena terlalu berlebihan menyikapi penderitaannya dan bahkan sampai ingin bunuh diri. Untuk itu kesehatan rohani setiap orang harus dijaga agar terhindar dari kekalutan mental yang bisa merusak psikis kita.
B.   Saran
        Diharapkan kalangan mahasiswa dan pembaca dapat melakukan penelitian lebih lanjut pada setiap sub bab. Mengingat luasnya pembahasan dalam makalah ini. Sehingga dapat memahami lebih dalam.


DAFTAR PUSTAKA

·         Seri Diktat Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji, Universitas Gunadarma
·         Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, karya Yulia Budiwati
·         Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, penerbit Gramedia
·         Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Gunadarma