MANUSIA DAN PENDERITAAN
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, dan selaku dosen pengajar IlmuBudaya Dasar (IBD) yang telah
memberikan kesempatan dan pengarahan kepada kami dalam penulisan makalah Ilmu
Budaya Dasar.Makalah ini membahas tentang “Bagaimana Manusia dengan
Penderitaan“. Ruang lingkup materi ini sangat luas karena menyangkut kehidupan,
nasib dan takdir manusia terhadap tindakan yang manusia lakukan.
Konsep
dan pemahaman penderitaan mencakup hubungan pribadi seseorang terhadap
lingkungan di sekitarnya.Penulisan makalah ini telah diusahakan semaksimal
mungkin. Namun, karena keterbatasan waktu tentu makalah ini masih belum
sempurna.
Untuk
itu, kami mengharapkan para pembaca maupun pihak-pihak lain berkenan memberikan
kritik dan saran demi penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya.Semoga makalah
ini turut memberi andil dalam memperluas pengetahuan kita dan semogasemua usaha
kita mendapat ridho-Nya.Kami mengucapkan terima kasih, atas perhatian dan
kerjasama dari semua pihak yang telah mendukung guna mencapai penulisan makalah
yang baik.
Jakarta
04-04-2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Manusia
di dunia ini dihadapkan pada dua cobaan yaitu cobaan yang mengembirakan dan
cobaan yang menyusahkan. Cobaan tersebut berupa tahapan dan rintangan yang
menguji manusia dalam kehidupan. Apa bila mampu menyelesaikan dengan baik akan
mendapatkan pahala dan bila mengingkari ketentuan yang ada akan tenggelam dalam
penderitaan di akhirat kelak.
Terkadang
manusia terbuai pada kegembiraan, padahal kegembiran juga cobaan. Manusia
seringkali tergelincir akibat keterlenaan dan berlebihan (melampaui
batatas) yang berujung pada suatu
penderitaan. Sementara ada pula yang menghadapi cobaan yang menyusahkan namun
tidak kuat menjalani cobaan. Orang tersebut menjadi frustasi dan meluapkan emosi
tanpa kontrol. Sikap seperti itu malah semakin menambah penderitaan. Ada pula
ketika merasa kesabaran sudah di batas perjuangan berhenti melakukan
perjuangan, padahal keinginan yang diharapkan selangkah lagi tercapai sehingga
tetap pada pendedritaan dan menyesal
ketika harapan yang dicitakan berlalu begitu saja di hadapanya. Ada pula yang
menjalani hidup dengan sikap overconfident (terlalu bermain aman), tidak mau
menghadapi masalah atau lari dari masah namun yang terjadi mendapati pada suatu
penderitaan. Ada pula yang mencoba berkelik dari masalah dan hanya mengincar
kebahagiaan dunia namun di akhirat berujung pada penderitan.
Manusia
di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah baik yang menyusahkan atau yang
menggembirakan. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Proses dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada
lika-liku kehidupan yang sering dianggap sebagai suatau penderitaan. Susah
maupun senang merupakan dua agenda yang silih berganti tejadi dalam kehidupan
manusia. Habis susah ada senang dan habis senang ada susah. Manusia selalu
untuk berusaha menjadi lebih baik. Manusia perlu menjalani proses di dunia ini
untuk mencari bekal untuk akherat dengan
menjalani suka duka yang ada di dunia.
Manusia
juga dituntut untuk keimanan terhadap Tuhannya, baik duka maupun duka untuk
semakin mendekatkan diri. Manusia sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi
penderitaan. Namun harus bangkit mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang
bernilai lebih berharga. Dan terus belajar menelusuri kehidupan karena ada hikmah di balik penderitaan.
Penderitaan datang tak terduga begitu pula
kebahagian datang dari celah tak terduga. Sehingga manusia dituntut untuk siap
siaga dalam menghadapi suka maupun duka di kehidupan ini. Dan sepatutnya kita
berani menghadapi dalam menyelesaikan persoalan hidup ini, tidak pilih-pilih
saat senang semangat sat susah loyo, atau saat duka tabah saat senang tidak
bersukur. Kita perlu belajar dari pengalaman dan cepat bangkit saat
tergelincir.
Semangat juga bukan semangat yang melampaui
batas, tetapi berusaha menenenagkan
hati, sabar menghadapi penderitaan, hati iklas lilahita ala mengharap
ridho Allah. Karena solusi-solusi saat menghadapi penderitaan akan mudah muncul
saat hati tenang dan berpikir jernih. Berbeda dengan tergesa-gesa menyebabkan
solusi di depan mata terlihat jauh. Dan terkadang hal penunjang terabaikan
sehingga menambah masalah baru. kita juga bukan hanya menunggu desakan solusi
tapi perlu menyambut solusi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat
di rumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian
dari penderitaan?
2. Apa hubungan
manusia dengan penderitaan?
3. Bagaimana cara
manusia menghadapi penderitaan?
4. Apa saja
sebab-sebab terjadinya penderitaan?
5. Apa pengaruh
dari penderitaan yang dihadapi manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata dasar derita.
Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap
kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggung. Jadi dapat diartikan
penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan. Penderitaaan
dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara
lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komposisi yang mengalami
kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan,
atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri
keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Ada pula kondisi alam yang ekstrem,
seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat kehujanan membuat
kedinginan.
Ada pula penderitaan yang secara lahiriah
seperti sakit hati karena dihina, sedih karena kerabat meninggal, putus asa
karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang
diharapkan. Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan
pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain
penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misal akibat
kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat berteduh akibatnya
mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena putus asa tidak lulus ujian
menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut sakit.
Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat,
dari yang terberat hingga ringgan. Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh
menentukan intensitas penderitaan. Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh
seseorang belum tentu dianggap penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu
permasalahan sederhana yang dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam
apabila disikapi secara reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat
urgen disepelekan juga dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian
terjadi penderitaan.
Manusia tidak dapat mengatakan setiap
situasi masalahnya sama, penderitaanya sama solusinyapun sama. Penderitaan
bersifat universal dapat datang kepada siapa pun tidak peduli kaya maupun
miskin, tua maupun muda. Penderitaan dapat muncul kapan pun dan di mana pun.
Semisal saat seminar di siang hari, suasana pengap, ada kipas angin pun masih
kipas-kipasan membayangkan ruang ber AC, dan pulang tidur merentangkan badan di
kasur empuk. Atau makan buah segar dan minum air dingin. Namun pasien rumah
sakit di ruang VIP, tidur di kasur empuk ruang ber-AC, banyak buah segar dan
air segar di kulkas, merasa tidak betah dan ingin cepat pulang. Ada lagi orang
yang tidak mempunyai uang merasa menderita tidak dapat wisata saat liburan,
namun ada pula orang yang berpergian membawa uang banyak tanpa bekal hendak
liburan ternyata mobil mogok di daerah yang jauh dari permukiman, dan saat
makan siang tiba, rasa lapar mulai muncur, ternyata uang tidak dapat menolong
dari penderitaan karena tidak ada barang yang bisa dibeli, terlebih muncul rasa
gengsi atau keegoisan penumpang lain menambah penderitaan.
Penderitaan merupakan realita kehidupan
manusia di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap
menghadapi tantangan hidup bila tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang
menghadapi cobaan yang bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan
kebahagian. Karena penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang
mendapatkan kebahagian yang lalu maupun yang akan datang.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam
manusia dapat mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang dialami namun
adapula akibat penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan. Sehingga
penderitaan merupakan hal yang bermanfaat apabila manusia dapat mengambil
hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun orang yang berlarut-larut dalam
penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak melapaskan diri dari
penderitaan dan tidak mengambil hikmah dan pelajaran yang didapat dari
penderitaan yang dialami.
Penderitaan juga dapat "menular"
dari seseorang kepada orang lain. Misal empati dari sanak-saudara untuk
membantu melepaskan penderitaan. Atau sekedar simpati dari orang lain untuk
mengambil pelajaran dan perenungan.
Contoh
gamblang penderitaan manusia yang dapat diambil hikmahnya diantaranya tokoh
filsafat ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal Denmark
yang sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami
penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang
pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah
dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud
ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan
yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai
kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard
muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri
(kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita
yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya,
bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan
dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang
filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian
ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri,
membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar. Lain
lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi
filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan
masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama
halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak
kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman
sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi
filsuf yang besar. Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa
penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat
merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh
lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi
pada diri Nabi Muhammad SAW. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam
kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini
dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi
sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya
(versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
Dalam riwat hidup Bhuda Gautama yang
dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitaan.
Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang
bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara
megembara di hutan yang penuh penderitaan.
Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun
dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaan hebat pada masa kecil,
hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar
pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah
Bung Hata yang beberapa kali mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat
menjadi pemimpin bangsanya. Ketika membaca kisah tokoh-tokoh besar tersebut,
kita dihadapkan pada jiwa besar, berani karena benar, rasa tangung-jawab, dan
sebagainya. Dan tidak ditemui jiwa munafik, plin-plan, dengki, iri dan
sebagainya.
B. Hubungan
Manusia dengan Penderitaan
Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada
di alam semesta ini. Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada atas seisi
jagad raya ini. Dia menciptakan mahluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah
tetap kekal dan tak pernah terikat dengan penderitaan.
Mahluk
bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu
dipahami mahluk hidup selalu membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti
memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan
membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi
manusia akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia
telah melakukang penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu
dipenuhi akan membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di
akhirat.
Manusia sebagai mahluk yang berakal dan
berfikir, tidak hanya menggunakan insting namun juga pemikirannya dan
perasaannya. Tidak hanya naluri namun juga nurani. Manusia diciptakan sebagai
mahluk yang paling mulia namun manusia tidak dapat berdiri sendiri secara
mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan perlindungan
kepada penciptanya. Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam
penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi
penghidupanya.
Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya
terhidar dari penyiksaan. Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman manusia
akan mengalami rasa sakit. Manusia selau berusaha memahami kehendak Allah,
karena bila hanya memenuhi kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak
menderita di dunia, namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada
pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan di dalam neraka.
Manusia
di dunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan dan rasa
sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani.
Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan
menyadari kesalahannya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin
menjauhkan diri maka akan membawa pada pederitaan di akhirat.
Banyak
yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang menganggap sebagai
menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat
penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian
rasa sakit, yang terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila
manusia tidak mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak
dapat menggiring manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. Adapun
akan lebih jelas akan dibahas sebagai berikut.
1.
Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris:
torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan
kekerasan hati korban. Siksaan juga dapat diartikan sebagai siksaan badan atau
jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang
dialami seseorang, timbullah penderitaan. Apa bila berbicara tentang siksaan,
terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan, bahkan mendirikan bulu
kuduk kita. Di dalam benak kita, terbayang seseorang yang tinggi besar, kokoh,
kuat dan dengan muka seram sedang menggenggam cemeti yang siap mencambukkan
tubuh orang yang akan disiksa; atau ia memegang batangan besi yang sudah
dipanaskan ujungnya sampai merah dan siap ditempelkan pada tubuh orang yang
akan disiksa. Semua itu dengan maksud agar orang yang disiksa memenuhi
permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas dendam.
Siksaan
pada manusia juga dapat menimbulkan kreativitas bagi yang pernah mengalami
siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tak
langsung. Hal itu terlihat dari banyak cerpen, novel, berita, atau filem yang
mengisahkan tentang siksaan. Dengan menyimak hasil seni atau berita kita dapat
mengambil arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan, tetapi
juga hati yang telah dikuasi hawa nafsu, godaan setan, tidak mengenal
perikemananusiaan dan sebagainya.
Segala
tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis,
yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi,
balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan
palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan.
Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan
pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai
alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu
pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah digunakan sebagai cara untuk
memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Siksaan
yang sifatnya psikis tersebut dapat menimbulkan gejala pada penderita bisa
berupa: kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan berlebih-lebihan yang tidak
pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa
ketakutan antara lain: claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan,
kesakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia
adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus
ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya
ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah
problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan
perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan
disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus
menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
Di dalam kitab suci diterangkan jenis dan
ancaman siksaan yang dialami manusia di akhirat nanti, yaitu siksaan bagi
orang-orang musyrik, syirik, dengki, memfitnah, mencuri, makan harta anak
yatim, dan sebagainya. Antara lain, ayat
40 surat Al Ankahut menyatakan :
"masing-masing
bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada
diantaranya kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang
diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula
yang kami benamkan ke dalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami
tenggelamkan seperti kaum Nuh. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan
menganiaya mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena
dosa-dosanya”.
Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan
sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang
ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai
gambar si korban. Adapun siksaan bersifat psikis dapat di klasifikasi seperti:
Kebimbangan,
siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan yang mana
akan mereka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat psikis
manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
Kesepian,
merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap manusia.
Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial ,hidup bersama dan
tidak hidup seorang diri. Faktor ini dapat mengakibatkan depresi kejiwaan yang
berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa rohani manusia
Ketakutan,
adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh
manusia. Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam.
Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia
berkejatuhan mental.
2. Rasa
Sakit
Rasa Sakit adalah rasa yang di
alami manusia akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa
setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, orang bodoh atau pintar,
bahkan dokter sekalipun kesemuanya tidak dapat menghindarkan dari rasa sakit.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian sebap akibat, karena
siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit orang menderita. Atau
karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan
mengalami penderitaan.
3.
Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi
dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental
adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan
yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang
wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri
pada lambung, Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati,
apatis, cemburu, mudah marah
a.
Tahap-tahap Gangguan Kejiwaan
Tahap-tahap
gangguan kejiwaan adalah :
gangguan
kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rohaninya, Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau
lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita
ganguaan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan
problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari
persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan., Kekalutan merupakan titik
patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalam gangguan
b.
Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental
Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut:
Kepribadian
yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna; hal-hal
tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara
berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
Terjadinya
konflik sosial budaya; terjadinya konflik sosial budaya diakibatkan norma
berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga
ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misalnya orang pedesaan yang berat
menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, atau orang yang telah mapan sulit
menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu. Dan Cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap
kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.
c.
Proses-proses Kekalutan Mental
Proses
kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan
negatif. Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha
agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, atau pun
melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya. Negatif;
trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi,
yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk
frustasi antara lain: Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi
yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau
tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya, Regresi adalah kembali
pada pola perilaku yang primitif atau kekanak-kanakan, Fiksasi adalah peletakan
pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu, Proyeksi
merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap
sendiri yang negatif kepada orang lain, Identifikasi adalah menyamakan diri dengan
seseorang yang sukses dalam imajinasinya, Narsisme adalah self love yang
berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada
orang lain dan Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak
mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn
dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan
kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti:
1. kota – kota
besar
2. anak-anak muda
usia
3. wanita
4. orang yang tidak
beragama
5. orang yang
terlalu mengejar materi
Apabila kita
kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan,
maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
1. Penderitaan yang
timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang
timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Orang yang mengalami penderitaan
mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap
yang timbul dapat berupa sikap positif atau pun sikap negatif. Sikap negatif
misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin
bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, mislanya
antikawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya. Sikap
positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkaian
penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya
kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap
anti. Misalnya sifat antikawin-paksa, ia berjuang menentang kawin-paksa, dan
lain-lain.
4.
Neraka
Berbicara
tentang neraka, kita selalu ingat dosa dan terbayang dalam ingatan, siksaan
yang luar biasa dan penderitaan hebat. Jelas bahwa antara neraka, siksaan, rasa
sakit, dan penderitaan memiliki suatu rangkaian sebab-akibat. Manusia masuk
neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka
tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentan dosa berati berbicara kesalahan.
Seperti yang tertuang dalam Quraan Surat Al Fath ayat 6 yang artinya:
"Dan
supaya dia menyiksa orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang
yang musyrikin laki-laki dan perempuan yang mempunyai persangkaan jahat
terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dam
menyediakan neraka jahanam baginya. Dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruknya
tempat kembali". (Q.S. Al-Fath : 6)
C. Cara
Manusia Menghadapi Penderitaan
Manusia memiliki berbagi cara meng
hadapi penderiataan mulai dari berekspresi dengan seni, meminta bantuan orang
lain. Hingga manusia merasa mampu melewati penderitaan tersebut. Selagi nyawa
ada manusia tak akan pernah berhenti berjuang mengatasi masalah.
1.
Penderitaan Dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami
penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan
manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri
untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, rnenghindari atau
menghilangkan sama sekali.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat
manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu
manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian
penderitaan. Manusia harus optimis dan berusaha mengataasi kesulitan hidup.
Allah telah berfinnan dalam surat Arra'du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan
membah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dari penderitaan pada
hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi
tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan
disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dan bahaya dan malapetaka. Manusia
hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan
sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi selain
dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain.
Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain
atau masyarakat menderita.
2.
Penderitaan, Media Masa dan Seniman
Beberapa
sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam,
bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua
di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira
muda di Condet, Meletusnya Gunung Galunggung,Perang Irak-Iran.
Berita
mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV,
pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan
dari jauh penderitaan sesamanya. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia
untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan
sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan
penyelamatan mereka dari musibah ini setelah mendapatkan berita dari media
masa. Bantuan-bantuan ini dilakukan secara perseorangan atau pun melalui
organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan atau diantarkan langsung ke
tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian.
Media
masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan
demikian masyarakat dapat segera menentukan sikap solidaritas antara sesama
manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya
komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para
pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya
seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hangara yang mati
akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul "Arie
Hangara".
D.
Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
Penderitaan dapat muncul dari berbagai sebab.
Penyebab tersebut kadang datang tak terduga. Apa bila kita kelompokkan secara
sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan
manusia dapat diperinci sebagai berikut:
1.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki
manusia supaya menjadi baik kembali. Dengan kata lain, manusialah yang dapat
memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir, kalau takdir, Tuhan
yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.
2.
Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan atau azab Tuhan
Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan/azab Tuhan. Namun
kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat menjadi usaha manusia untuk mengatasi
penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia.
Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan beriktu ini :
(1)
Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang
tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun begitu ia dapat
melihat dengan mata hatinya terang benderang. Kanena kecerdasannya, ia
memperoleh pendidikan sampai di Universitas, dan akhimya memperoleh gelar
Doktor di Universitas DSarbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr.Thaha Husen, Guru
besar Universitas di Kairo, Mesir.
(2)
Tenggelamnya Fir'aun di laut Merah seperti disebutkan dalam Al-Qur'an adalah
azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir'aun adalah
raja Mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir'aun bersama bala tentaranya
mengejar nabi Musa As. dan pengikut-pengikutnya menyeberang laut Merah, laut
itu terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berlalu. Ketika Fir'aun dan
tentaranya berada tepat di tengah belahan laut merah itu, seketika itu juga
laut merah tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.
E.
Pengaruh Penderitaan
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa,
putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa "sesal
dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna", "nasi sudah menjadi
bubur". Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti,
misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap
positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan
rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dan penderitaan,
dan penderitaan itu adalah hanya bagian dan kehidupan. Sikap positif biasanya
kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap
anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu
tiri, ia berjuang melawan sikap ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang
kekerasan, dan lain-lain.
1.
Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan
manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah
sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus
dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama
dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam
penderitaan menurut penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik,
seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral,
seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain,
dan seterusnya. Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin
disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan
dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu
menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan
penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran
yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu
pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan
manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam,
yaitu:
a.
Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk
mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
b.
Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada
kenikmatan dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa
tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya
merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan
mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua
manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan.
Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita
dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin dicapai atau
dikejarnya.
Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak
etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap”
tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan
terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi.
Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu
sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.
2.
Penderitaan dan Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan,
muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam
menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche,
pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas.
Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh
karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam.
Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh.
Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan
adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan
latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak
terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan.
Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh
karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
Pandangan Nietzsche tidak dapat
disetujui karena: pertama, di mana letak humanisnya dan aliran
eksistensialisme. Kedua, bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan
dapat diatasi dengan sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu
penderita, menyingkir dan senang bila melihat orang yang menderita. Bila
demikian, maka itu yang disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh
kasihan terhadap sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan
berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin
menghilangkannya.
3.
Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia
Penderitaan
juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati manusia (Al-Ghazali, abad ke 11).
Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’ Ulumudin, orang yang suka iri hati,
hasad, dengki akan menderita hukuman lahir-batin, akan merasa tidak puas dan
tidak kenal berterima kasih. Padahal dunia tidak berkekurangan untuk
orang-orang di segala zaman. Allah SWT telah memberi ilmu dan kekayaan atau
kekuasaan-Nya, karena itu penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan
selalu menimpa orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama
hidupnya sampai akhir kelak.
Untuk
mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda-tanda hati
yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui bahwa setiap anggota
badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak
dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna, ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang
tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu,
berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan
nikmat mengingat-Nya.
Sehubungan
dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita.
Allah berfirman:
“Aku
tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk menyembah kepada-Ku”. (QS.
51: 56)
“Barangsiapa
merasa mengerti sesuatu, tetapi tidak mengenal Allah, sesungguhnya orang tersebut
tidak mengerti apa-apa. Barangsiapa mempunyai sesuatu yang dicintainya lebih
daripada mencintai Allah, maka sesungguhnya hatinya sakit. “katakanlah, hai
Muhammad, apabila orang tuamu, anakmu, saudaramu, istrimu, handai tolanmu,
harta bendamu yang engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang
engkau khawatirkan ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih
kamu cinta daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka
tunggulah sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).
Hal lain
yang menimbulkan derita terhadap seseorang ialah merasakan suatu keinginan atau
dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau
derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya.
Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun,
sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar
atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit
dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
“Dan
kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu
dapat benar-benar mengenal mereka dengan tanda-tandanya, tetapi kamu mengenal
mereka dari bicara mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”. (QS.
47: 29-30).
Demikianlah Al-Quran telah
mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita)
lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh
Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
“Tak
seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia kecuali jika Allah akan
memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu baik, dan
apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”. (Tafsir Ibn Katsir,
Vol. 4 hal. 180).
Obat
supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai berikut:
“Kecuali
orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang suci”. (QS. 26: 89 ).
Jadi,
mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa semangat taat kepada Allah SWT
dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit
dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad ke-11).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam materi ini kita dapat mengetahui
tentang apa itu penderitaan, kehidupan manusia tidak akan datar pasti
bergelombang, maksudnya pasti ada yang menyenangkan dan menyusahkan. Pederitaan
juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan manusia, rasa sakit, siksaan
menuntut manusia auntuk bangkit menjadi lebih baik namun ada yang tidak kuat
sehingga terjadi kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati sesuai
denan kaidah agama, manusia akan mendapat penderitaan di akhirat berupa
pemyiksaan di dalam neraka.
Dalam menghadapi penderitaan setiap orang
pasti melakukan hal yang berbeda, ada yang menyikapinya dengan tindakan positif
dan ada juga dengan tindakan negatif, misalkan yang positif ia akan lebih
berusaha agar tidak mendapatkan penderitaan yang ia sudah alami bahkan bisa
menjadikannya sebagai sebuah peluang dalam melakukang sebuah inovasi baru.
Sedangkan yang negatif ia akan trauma dan membuat kondisi dirinya menjadi tidak
labil karena terlalu berlebihan menyikapi penderitaannya dan bahkan sampai
ingin bunuh diri. Untuk itu kesehatan rohani setiap orang harus dijaga agar
terhindar dari kekalutan mental yang bisa merusak psikis kita.
B. Saran
Diharapkan kalangan mahasiswa dan
pembaca dapat melakukan penelitian lebih lanjut pada setiap sub bab. Mengingat
luasnya pembahasan dalam makalah ini. Sehingga dapat memahami lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
·
Seri
Diktat Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji,
Universitas Gunadarma
·
Dalam
buku Ilmu Budaya Dasar, karya Yulia Budiwati
·
Dalam
buku Ilmu Budaya Dasar, penerbit Gramedia
·
Widyo
Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas
Gunadarma